Pagi tadi aku mendengarkan acara tausiyah di salah satu channel televisi sambil menyapu. Temanya tentang ekonomi, tapi kemudian membahas soal pakaian. Karena sebelumnya hampir nyambung dengan masalah ekonomi. Mall-mall yang makin menjamur di Indonesia ini membuat para rakyat mengikuti model-model pakaian yang dijual ditempat tersebut. Ustaz itu berkata, zaman sekarang pakaian wanita itu semakin lama semakin keatas. Sedangkan laki-laki semakin lama semakin ke bawah. Padahal, pesan Rasulullah Saw. “janganlah engkau panjangkan pakaianmu melebihi mata kaki (untuk kaum laki-laki) dan janganlah engkau berjalan dengan kesombongan/keangkuhan”.

Beliaupun memberikan beberapa contoh yang sangat meyakinkan sampai membuatku benar-benar geli dengan keadaan sekarang ini. Wanita banyak disuguhi pakaian-pakaian ketat, rok mini, celana jeans, dan berbagai jenis pakaian yang benar-benar kekurangan bahan. Kalau laki-laki, justru disuguhi celana yang panjang sekali sampai menyentuh tanah, adapula yang ketat bawahnya doang kayak sumpit mie ayam. Aduh, aduh… Bahkan tidak sedikit yang berwarna pink. Memang nggak salah sih soal warna. Tapi, itu kan warna yang mayoritas dipakai oleh kaum hawa. Aduuh, dunia ini benar-benar terbalik!

Pernah juga aku melihat acara musik disalah satu channel televisi. Host-nya itu memanggil bintang tamunya untuk dipersilakan naik keatas panggung dan mulai bernyanyi. Musikpun mulai mengiringi dengan seirama. Ya ampun,, itu siapa yang pakai celana ketat warna ungu dan pink sambil bergoyang-goyang seperti wanita dibalik pintu masuk? Innalillahi, ternyata mereka itu laki-laki! Aissh, padahal orang yang seperti itu dilaknat oleh Allah. Kata Rasulullah Saw, “janganlah engkau menyerupai wanita dan janganlah engkau biarkan wanita-wanita menyerupai laki-laki”.

Sudah diciptakan Allah dengan sebaik-baiknya kok malah mengubah diri menjadi seperti itu? Hmm, miris banget aku melihatnya. Semoga mereka segera sadar dan kembali ke habitatnya masing-masing deh. *eh? Salah, maksudnya semoga kembali ke asal mulanya bersikap seperti laki-laki yang sebenarnya. Aamiin

Kita gak boleh ikut-ikutan orang yang kayak gitu, kita harus punya prinsip sebagai muslim. Ok? Bukan karena mereka adalah artis papan atas, kitanya nge-fans, jadi ikut-ikutan gaya mereka tanpa memandang halal haramnya. Nih kata Rasulullah Saw. juga apa.. baca nih: Rasulullah Saw ..bersabda: “Janganlah kamu menjadi orang yang tidak punya sikap. Bila orang melakukan kebaikan maka aku pun melakukannya. Namun bila orang melakukan keburukan maka akupun ikut melakukannya juga. Akan tetapi, jadilah orang yang punya sikap dan keberanian. Jika orang melakukan kebaikan maka aku melakukannya. Namun jika orang melakukan keburukan maka aku tinggalkan sikap buruk mereka.” (HR. Tirmidzi)

Karena matahari sudah tinggi, saatnya aku pergi ke suatu tempat untuk menghadiri sebuah acara mingguan. Akupun pergi dengan dua kali menggunakan angkutan umum warna ungu dan hijau tua. Nah, di angkot warna ungu aku seangkot dengan wanita yang cantik sih. Tapi, pakaiannya itu lho, ya ampun sempit dan kurang bahan pisan. Kasihan melihatnya juga. Kalau aku yang pakai kayaknya langsung gak bisa nafas deh. Hihihi.. Walhasil, di setiap perjalanan wanita itu digodai oleh beberapa laki-laki hidung zebra. Lho? Maksudku hidung belang. Hmm, apalagi laki-laki yang ada di dalam angkot. Teruuus aja melihat wanita itu dari bawah keatas, bawah keatas. Yah.. bolak-balik gitu deh! 

Cemburu? Maaf aja ya, aku sama sekali nggak cemburu. Justru aku geram melihat kejadian itu, pengen banget rasanya ngomong ke wanita itu supaya jangan pakai pakaian seperti itu. Tapi, bagaimana caranya? Dia lebih tua daripada aku. Lihat aja, itu di dompetnya dipasang gantungan foto berduaan sama suaminya –mungkin- gede banget. Aduh, wong cuma ngomong doang kok jadi kaku begini? Karena kelamaan mikir (alasannya takut padahal harusnya aku berani), mengolah kata darimana mulainya, akhirnya wanita itu sudah keburu turun dari angkot. Cuma bisa berdo’a.. Nyesel deh jadinya -__-“ astaghfirullah, lain kali aku harus berani ngomong! Doa’in yaa..

Saat sampai dipemberhentian, akupun kembali menaiki angkot warna hijau tua jurusan Cisaat. Alhamdulillah, aku seangkot sama suami istri. Ini lebih baik toh, daripada seangkot sama perempuan yang seperti tadi jadi bikin malu diri sendiri. Aku duduk paling pojok tepat di depan suami istri tersebut. Mereka sejenak melihat pakaianku yang lain daripada yang lain –mungkin geer akunya hehe-. Akupun jadi respect melihat pakaian istrinya yang serba tertutup pula. Sama-sama menggunakan jilbab, kerudung dan kaos kaki. Suaminya menggunakan kemeja batik warna coklat dan celana bahan. Entah mengapa, ada perasaan senang setiap melihat hal seperti itu. Istrinya menggendong anaknya yang sedang tertidur pulas. Sedangkan suaminya memegang tas kulit hitam milik istrinya dengan sangat erat. Batinku, mungkin beliau khawatir ada copet. Hehehe.. Aku perhatikan saja keadaan orang-orang di sekitar.
Angkot yang aku naiki itu berhenti sejenak untuk menunggu penumpang yang masuk. Terlihat dari jendela tembus pandang, ternyata dia seorang wanita yang naik dan duduk disebelahku sambil asyik senyam-senyum sendirian bermain handphone touch screen-nya. Wanita itu menggunakan pakaian yang disebutkan oleh ustadz yang aku lihat di televisi pagi tadi. Ya, menggunakan pakaian yang serba ketat. Serba nampak seluruh lekuk tubuhnya. Kayak lontong, beneran deh. Serentak orang yang ada didalam angkot tersebut berubah ekspresi wajahnya. Akupun gak sengaja melihat perubahan ekspresi suami istri tadi. Terlihat dibibirnya mengucapkan istighfar berulang kali dan menundukan pandangannya. Agak lucu melihat perubahan itu. Akupun hanya bisa tersenyum kecut sekaligus “kembali” merasakan malu karena wanita itu. Tentunya tanpa diketahui oleh orang-orang yang ada didalam angkot. Tak ada yang berani menegur. Semuanya terdiam, membeku, termasuk aku. Jadi? Gak ada yang berani nih? Kapan aku beraninya kalau begini terus? --“ suasana tak mendukung euy. *alasan -_-
Wah, benar juga apa kata ustadz tadi. Aku mulai mengambil hikmahnya sedikit demi sedikit. Demikianlah, seringkali diam-diam kita mendapatkan pelajaran berharga dari perbuatan dan tingkah laku seseorang, meski seseorang itu terkadang tidak menyadarinya. Alhamdulillah, akupun jadi introspeksi diri saat itu juga.

Kita memang harus bersyukur beragama Islam. Apalagi kalau bukan sekedar status “beragama” saja, tapi paham pula dengan aturannya. Aku memang bukan lulusan pesantren, aku cuma anak sekolah umum yang ikut ekskul DKM. Itupun awalnya cuma iseng. Habisnya waktu itu pertama kali deh lihat orang yang kerudungnya itu panjang banget. Bukan pertama juga sih, mungkin jarang aja. Hehehe Lagi pula dari awal masuk SMA aku udah diwanti-wanti sama mama, jangan begini begitu. Siap-siap aja gak mau jadi remaja kayak di berita di televisi gitu. Banyak konflik, tawuran, cinta terus bunuh diri. Ah payah itu, matinya sia-sia. Nggak romantis. Oh iya, kalau di sekolah lain DKM biasa disebut sebagai ekskul rohis. Ya, apapun itu namanya sama saja. Bukan hanya karena ekskul itu saja aku jadi mengerti. Tapi aku juga ikut mengkaji Islam di organisasi-organisasi lainnya. Alhamdulillah, sedikit demi sedikit aku menjadi tahu. Ternyata Islam ini begitu sempurna. Setiap apa yang kita lakukan, pasti ada hukumnya. Jelas pula. Benar-benar tidak meragukan.

Nah, oleh karena itu. Banggalah terhadap keislaman yang kita miliki. Kenapa sih kita masih ragu untuk menutup aurat? Kenapa juga takut untuk terus menggunakan kerudung dan jilbab ketika keluar rumah maupun bertemu non-mahram? Apakah yang memakai jilbab itu dimasukin ke dalam kelompok yang katanya agamanya terlalu keras, kebanyakan istrinya teroris, dan pergaulannya juga terbatas dengan masyarakat umum? Pemahamannya banyak yang bertentangan dengan masyarakat secara umum, sungguh menakutkan ya? Liat aja model pakaian seperti itu kan kayak ninja! Oh gitu toh..
Padahal, selama ini yang aku rasakan pribadi ketika menutup aurat dengan benar itu nyaman kok, seperti ada yang melindungi juga. Tak akan ada gangguan dari laki-laki aneh. Walaupun memang kalau lagi lewat, suka ada laki-laki yang mengucapkan salam. Entah itu bermaksud mengejek ataupun memang berniat baik mendoakan keselamatan untuk kita. Tergantung nada suaranya juga sih.. Wallahu a’lam.. ambil sisi positifnya saja. Nggak usah diambil pusing yang malah membuat kita kurang percaya diri dan malu kalau menutup aurat. Hmm, nutup aurat kok malu? Malulah kalau nggak menutup aurat. Justru itu lebih baik daripada disiul-siul kayak manggil burung merpati yang ngilang di hutan. Emangnya kita hewan apa?

Islam diturunkan bukannya hanya untuk dihafal atau bahkan untuk pajangan, tapi yang lebih penting adalah bahwa Islam diturunkan untuk memperbaiki akhlak manusia. Agar kita menginherenkan diri kita dengan nilai Al Qur'an. Itulah kata-kata yang sampai sekarang mendarah daging. Hehehe

Jangan merasa berkecil hati ketika kita menutup aurat dengan benar dianggap aneh, kampungan oleh orang lain, karena “sesungguhnya bermula datangnya Islam dianggap asing (aneh) dan akan datang kembali asing. Namun berbahagialah orang-orang asing itu. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud orang asing (aneh) itu?” Lalu Rasulullah menjawab, “Orang yang melakukan kebaikan-kebaikan disaat orang-orang melakukan pengrusakan.” (HR. Muslim).

Istiqamahlah memegang Islam, tak perlu ada keraguan sedikitpun. Sebab sejatinya pemilik diri, alam semesta dan segala seisinya adalah Allah. Bukankah untuk menjadi seorang muslim kita harus kuat? Ya, kuatkan diri dengan tetap memegang Islam sebagai way of life kita, walaupun sindirian orang disekitar seperti anjing yang menggonggong. Jangan pernah gentar dan goyah, ibarat kepingan mutiara ditengah lumpur, kitalah mutiara indah itu. Insya Allah.. semangat ya!

Semoga dengan kisah nyata yang aku alami sendiri dan sedikit tulisan yang kutulis dengan mengutip kata-kata dari beberapa tulisan yang pernah kubaca sebelumnya yang membuatku ingin menulis juga. Dan akhirnya kesampaian juga sekarang. Hehehe walau begitu sederhana, semoga kita bisa istiqamah dalam Islam –terutama sekali diriku-. Inna akramakum ‘indallahi atqaakum, sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertakwa. Wallahu a’lam..

0 Comments