Sedih, kalau melihat seorang yang katanya 'pengemban dakwah' itu bicaranya ngga dijaga, jarang senyum kepada saudaranya, hobinya menyendiri (ngga pernah berani mengingatkan orang terdekat), beraninya diluar kandang daripada di dalam, dan lain-lain.

Jadi teringat dengan perkataan dosen, kalau kita tuh jangan melupakan hal-hal yang kecil. Walau seringkali kita anggap itu ngga penting.

Itu jadi bahan muhasabah diri ya.. terkadang kita berpikir mimpi yang tinggi, namun tangga menuju mimpi itu suka kita hiraukan. Ingat loh, ngga ada lift untuk menuju Surga Allah! Butuh perjuangan ekstra kan? Pastinya..

Kalau kita memang benar ingin Khilafah tegak. Ayo kita pantaskan diri.. Jangan cuma memantaskan pribadi buat ketemu jodoh aja. :) Itu niatnya perlu diluruskan, hanya karena Allah ta'ala. 
Walau memang selain menggunakan metode yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, kita juga setidaknya memantaskan diri dalam melangkah melewati metode-metode itu.

Allah saja menyiapkan Nabi Muhammad Saw. untuk menjadi Rasul butuh waktu yang cukup lama kan?
Menyiapkan bagaimana Rasulullah dapat dipercaya oleh kaumnya, yang pada akhirnya mendapatkan gelar al-Amin. Ini aja tingkat Rasulullah, bagaimana dengan kita yang cuma manusia biasa dan ngga seistimewa para Nabi dan Rasul?

Ah, Nabi dan Rasul kan memang udah dibimbing sama Allah untuk menjadi pribadi istimewa.
Loh, memangnya kita ngga bisa menurutinya? Bisa kan.. kalau memang ada kemauan yang tinggi pasti bisa kok. Yakin! Walau memang ngga akan sesempurna itu. Tapi jangan jadikan hal itu sebagai alasan untuk tidak menjadi pribadi yang lebih baik.

Bagaimana bisa kita mengopinikan kepada teman-teman di kelas misalnya, tapi kitanya ngga ramah sama mereka. Hidup seolah-olah sangat ekslusif. Teman-teman pun kalau mau tanya sesuatu ke kita ya canggung. Habisnya ngga begitu dekat, dalam arti kata ngga membaur.

Cik atuh, kita teh harus bisa jadi contoh. Senyum doang juga ngga masalah kan? Apalagi kalau ditambah kata tanya, "Apa kabar?. Tentunya bisa membuka celah untuk memperdekat persaudaraan.

Ingat, bahwa kita juga dulu seperti mereka yang belum paham soal Islam. Makanya kita pahamkan mereka sebagaimana kita dahulu. Coba bayangkan, bersyukur deh Allah memberikan jalan kepada kita untuk mengenal Islam. Lah teman kita? Kalau bukan kita yang ngajak, mau siapa lagi? Yang ada nantinya mereka akan lebih jauh dari Islam karena kita ngga pernah mengingatkannya. Na'udzubillahi min dzalik.

Aku berbicara seperti ini bukan berarti aku udah sempurna. Tapi ini juga jadi bahan pengingat buat aku sendiri, bahwa aku juga harus bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Aku, kamu dan kita semua punya hak kok untuk berubah. Ngga masalah kalau orang mau berkata apa tentang kita. Ah, sudah biasalah kalau gitu mah. Cuek aja.. Selama apa yang kita lakukan ini ngga melanggar hukum syara', why not?

Sekali lagi, jangan sampai kita melupakan hal-hal terkecil. Karena yang terkecil itu bisa jadi point plus kita menggapai ridha Allah. Metode udah bener nih, tinggal kitanya yang harus bisa meralisasikan hal tersebut. Namun bukan berarti pergerakan kita jadi fokusnya ke akhlak ya. Bukan itu maksudnya..
Sebab yang namanya akhlak mah bukan tugas hizb (partai), tapi ini tugas para pengemban itu sendiri.

Biasakan diri untuk melakukan yang baik-baik. Maka nanti akan menjadi terbiasa..
Aku juga lagi membiasakan nih untuk senyum, teman-teman bingung dan bilang, "Ada apa Mei, senyam-senyum? Lagi seneng ya?". hehehe saking aku suka pasang wajah datar jadinya gitu.

Ayo kita sama-sama melangkah menuju pribadi yang lebih baik! ^_^
kan senang kalau ada teman yang curhat sama kita, terus dikasih solusinya Islam. Mantap kan? Rahmat Allah menyelimuti kita... :') masya Allah..

Tetap semangat!!
Ridha Allah, itu yang utama. (^_^)9

0 Comments