“Apabila seorang hamba telah berkeluarga, berarti dia telah menyempurnakan setengah dari agamanya …” (HR. At-Thabrani).

Hmm.. berbicara soal menikah, saya yakin pasti semua orang menginginkannya. Namun, jangan sampai hidup kita hanya difokuskan dalam perkara ini saja. Menikah itu kan berarti menggenapkan agama kita. Masalahnya, bagaimana bisa kita menggenapkan lingkaran agama itu sedangkan setengah dari lingkaran yang kita miliki saja belumlah utuh.

Misalnya nih, kita lebih sering ngerumpi tentang nikah. Tapi untuk perkara yang diwajibkan oleh Allah saja masih suka ditunda-tunda. Shalat dan amanah dakwah tidak tepat waktu, puasa sunnah tidak terlaksana, tahajjud selalu kesiangan, apalagi shalat dhuha, suka labas gitu aja.

Nah ini nih yang jadi masalah. Hati-hati loh, bisa jadi ini adalah jerat setan. Kalau sudah begini, harus bagaimana? Ya, muhasabah diri. Dekatkan diri kita kepada Allah Swt. nggak perlu takut tentang urusan jodoh. Sudah ada yang mengatur kok.

Yang perlu kita lakukan adalah memperbaiki dan memantaskan diri. Karena berkeluarga itu bukan sekedar melepaskan gejolak perasaan. Tapi, dalam menikah kita harus punya visi dan misi yang jelas.

Misalnya nih, nanti setelah menikah, dakwah kita akan bagaimana? Pastinya calon harus ideologis juga kan, supaya bisa satu langkah. Kemudian, setelah punya anak, mau dibentuk seperti apa nantinya? Seorang mujahid/ah, hafidz/ah, atau apa?

Sebelum itupun kita harus punya ilmunya kan. Tentang apa saja yang menjadi hak dan kewajiban suami-istri, bagaimana cara mendidik dan mengurus anak, cara memasak yang enak dan sehat, mengatur keuangan serta waktu, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Saya yakin, kalau kita benar-benar mempersiapkannya, pasti keseharian kita tidak akan digalaukan urusan soal nau’. Yang ada, justru kita disibukan dengan perkara yang lebih bermanfaat.

Belajar soal menikah bukan hal yang tabu kok. Justru harus. Oleh karena itu, belajarlah dari sekarang. Tapi gak usah lebay, sampai di-expose kemana-mana. Jadinya kayak orang yang (maaf) kehilangan rasa malu. Soalnya, hal seperti ini memang cukup sensitive. Kalau kita terus menerus mengumbar, nanti orang lain jadi berpikiran aneh-aneh dan bisa jadi pula ikut membludak nau’-nya. Kan bahaya. :)

So, semangat memperbaiki diri ya.. laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik juga kok. Demikian juga sebaliknya. Semoga Allah memudahkan. ^_^


Tambahan: jangan lupa, niat untuk memperbaiki dirinya bukan untuk dapat jodoh! ingat ingat!! hanya karena Allah.

0 Comments