Oleh: Meida Prefik Nugraeni

Sebagai seorang mahasiswa, jargon "Hidup Mahasiwa!" pasti sudah tidak asing lagi untuk didengarkan. Dari awal melangkah dalam menimba ilmu di universitas, jargon tersebut sudah diperkenalkan oleh kakak tingkat. Namun sebagai pemuda yang kritis akan adanya perubahan, patutlah kita tanyakan jargon tersebut maksudnya untuk apa? Apanya yang harus dihidupkan? Semangatnya, atau apa?

Presiden Indonesia pertama, yaitu Ir. Soekarno pernah berkata "Beri aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia!". Pertanyaannya, mengapa harus pemuda? Apakah pemuda memiliki kekuatan super yang mampu mengguncang dunia?

Dari dulu sampai sekarang, perubahan selalu dikaitkan dengan usaha para pemudanya. Wajar jika gelar “Agent of Change”, “Guardian of Value” dan “Iron Stock” disematkan kepada pemuda. Contohnya saja ketika kemerdekaan Indonesia, yang bergerak lebih dulu adalah pemudanya. Jika ada suatu kebijakan pemerintah yang menyulitkan rakyat, pemuda akan selalu ada dibarisan terdepan untuk membela. Tapi, apa yang sebenarnya mahasiswa perjuangkan? Masih ada suatu ketidakjelasan disini. Ketidakjelasan dalam hal arah dan metode perjuangan.

Mahasiswa cenderung melangkah, berteriak dan menolak segala hal yang tidak sesuai, akan tetapi tidak tahu solusi yang dapat memecahkan masalahnya. Sungguh amat disayangkan ketika mahasiswa berlelah-lelah dalam berjuang tetapi solusi yang ditawarkan tidak dapat menyelesaikan suatu permasalahan secara utuh. Ibaratnya seperti menggali lubang lalu tutup lubang, terus saja seperti itu berulang-ulang. Seharusnya, sebagai mahasiswa perlu lebih kritis dan progresif untuk lebih mengetahui secara mendalam solusi seperti apakah yang tepat untuk disampaikan kepada para pemimpin. Jangan sampai mahasiswa hanya meminta suatu transparansi dalam kebijakan, akan tetapi setelah kebijakan tersebut transparan tidak tahu langkah apa yang harus diperbuat.

Perlu kita ketahui bagaimana agar bisa menjadi mahasiswa yang ideal. Mengapa? Karena sebagai mahasiswa, penting untuk mengetahui apa visi dan misi dalam setiap perjuangan yang akan dilakukan. Tapi bagaimana seharusnya sikap sebagai mahasiswa?

Pertama, niat dan cara yang benar. Jangan sampai niatnya sudah benar, akan tetapi perbuatannya tidak sesuai. Atau bahkan melanggar hukum. Kedua, perlunya menyiapkan amunisi. Amunisi disini bukan bersifat  merusak. Tapi yang dimaksudkan adalah memperbanyak pengetahuan sebelum menyampaikan segala sesuatu. Jangan sampai kita menolak suatu kebijakan, akan tetapi tidak tahu alasan dan solusinya. Ketiga, perlunya berpikir secara lebih kritis dan mendalam. Jadi, jangan hanya memberikan solusi yang tidak dapat menyelesaikan suatu permasalahan sampai ke akarnya. Atau bahkan masalah tersebut mungkin pada awalnya selesai, tapi akan menimbulkan suatu permasalahan yang baru. Sama saja seperti mencabut rumput yang liar. Ketika kita ingin mencabut rumput tersebut,  harus dicabut sampai ke akarnya. Jika  tidak, cikal bakal rumput tersebut akan terus tumbuh dan merebak.

0 Comments