Entahlah apa alasannya, jika seorang akhwat dikenal banyak orang kemudian ikhwan enggan tuk menjadikannya sebagai pasangan hidup.
Apakah akhwat yang dikenal banyak orang kemudian akan berpengaruh pada ketidakharmonisan rumah tangganya kelak?
Atau adakah pengaruhnya jika menikah dengan akhwat yang sering tampil di depan dalam perjuangan akan membuat minder suaminya kelak?
Beberapa kali mendapatkan pernyataan, bahwa memilih akhwat yang 'biasa saja' tanpa diketahui banyak orang dan selalu dibelakang layar itu lebih baik dijadikan istri.
-Status facebook dari Mba Rindyanti Septiana-

Membaca status ini cukup menarik, jadi lumayan mengajak berpikir juga. Hmm..
Secara fitrah, laki-laki memiliki naluri untuk menjadi pemimpin. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman bahwa,

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا


kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. (QS. An-Nisa: 34).

Ketika seorang laki-laki melihat sang wanita ternyata ilmunya lebih tinggi, kemudian lebih sering menjadi PJ (penanggung jawab) dalam sebuah acara, ketua ini dan itu, ikut lomba A dan B, sedangkan laki-lakinya justru tidak ada apa-apanya. Maka munculah suatu ‘perasaan’ minder.
Ah, terlalu sempurna. Ya, mungkin begitu ya yang ada dalam pikiran laki-laki.


Apabila saya memposisikan diri sebagai laki-laki, justru saya harus bisa menjadi yang pantas bagi perempuan tersebut. Ya setidaknya berusaha untuk memantaskan diri. Namun bukan berarti hanya untuk mendapatkan perempuan ya. Tapi semata-mata lillahi ta’ala, ini juga dapat menjadi bekal untuk kehidupan berikutnya. Jangan sampai kita melakukan sebuah amal namun tidak mengetahui ilmunya.

Yang namanya ‘ikhwan’ beranggapan untuk mendapatkan ‘akhwat’ yang kualitasnya lebih rendah dibandingkan dengannya. Supaya bias disetir. Ya itu hanya sebagian ya, wallahu a’lam yang benarnya bagaimana. Saya ngga begitu tahu secara pasti. Sebab setiap orang punya target masing-masing kan?

Perlu kita ketahui bahwa diri ini adalah manusia biasa, bukan malaikat. Oleh karena itu jangan sampai kita memasang syarat yang terlalu tinggi. Yang pada akhirnya hanya akan membuat diri menjadi tersiksa karena tak ada yang sesuai dengan apa yang diharapkan.


Ketika seorang laki-laki serius untuk meminang seorang wanita, maka lakukanlah. Tidak perlu banyak berpikir akan sesuatu hal yang belum tentu terjadi. Walhasil, munculah ketakutan dan keraguan yang memuncak. Nanti jadinya malah berburuk sangka kepada Allah. Istighfar.. serahkan semuanya kepada Allah yang Maha Kuasa. sesuaikan antara ikhtiar dengan tawakal. Semoga dimudahkan.. aamiin

0 Comments