Senin, 06 April 2015
Bismillah.. edisi curcol ya sekali-kali, gapapa kan? ^__^

Sore ini langit nampak begitu gelap, pertanda akan turun hujan lebat. Benar saja, hujan seketika itu mengguyur wilayah Bandung. Yah, hujan.. waktunya mengajar. Yang ada dipikiranku sekarang., anak-anak akan hadir ngga ya? Hujan begini. Hmm... :/

Tapi, aku harus melangkah saat itu juga. Ancang-ancang memakai jaket dan membawa payung biru mudaku. Rintikan hujan yang lebat semakin menipis, ternyata hujannya akan terhenti. Alhamdulillah... langkahku dipermudah.

Pada pengalaman mengajar yang kesekian kalinya ini, aku bertemu dengan seorang murid baru, sebut saja namanya dengan TrS. Dia murid kelas 5. Melihat wajahnya begitu nampak judes (kayak aku kali ya)? Hehe tapi kalau senyum manis banget J

Belum saja mulai, anak-anak sudah ada yang mengadu malas, ingin main, ingin ini dan ingin itu. Wajar. Namanya juga anak kecil. Hanya saja, ketika aku kecil sepertinya tidak bersikap seperti itu. Dan aku dulu cenderung diam dan nurut-nurut saja. Tapi anak-anak zaman sekarang memang beda ya..


Sikap hormat terhadap guru tidak seperti dulu. Sistem pendidikan saat ini menyama ratakan antara guru dengan murid. Memang hal tersebut ada dampak positif dan negatifnya sih.. tapi kalau keterlaluan, kan ngga baik juga. Ah sudahlah,..

Selama di kelas, pandangan dan pikiranku mengarah kepada anak baru itu. Aku terheran-heran dengan sikapnya yang nampak BT. Aku coba sapa dengan mengobrol, oh ternyata dia anak kedua. Mendengar ia bicara, seperti orang dewasa.. masya Allah.. hatiku terseok-seok dibuatnya. Entah karena ekspresi BT-nya, entah karena gaya bicaranya.

Aku jadi banyak belajar darinya. Kalau begitu, aku jangan sampai melakukan hal tersebut kepada orang lain. Bisa-bisa, orang lain itu akan merasakan hal yang aku rasakan saat ini. Sedih.. sedih ketika guru belum bisa maksimal memberikan kasih sayang kepada anak didiknya.

Aku memang belum mengetahui secara mendalam tentang karakteristik anak baru itu. Aku cukup merasa nyaman dengan anak didikku yang lainnya, namun dengan hadirnya ia.. aku seperti diajak untuk bersikap secara lebih bijak.

Aku ingin tau, guru itu seharusnya bagaimana? Sikap seperti apa yang harus dimiliki oleh guru? Ketika anak didiknya nakal, apa yang harus guru lakukan? Guru seperti apa sih yang disukai oleh anak didiknya?

Karena terkadang aku jadi bingung sendiri, ketika aku bersikap atau melakukan hal A, ada yang menyukainya. Namun tetap ada segelintir anak yang kurang menikmati. Jadinya aku ngga enak.. hikz.. :’) gimana dong ya..

Aku memang bukanlah orang yang pandai dalam hal gurauan. Mungkin orang melihatku sebagai manusia yang selalu serius. Aku ngga bisa bercanda. Kalaupun aku melucu, ya garing kayak kerupuk kering. Apa perlu seorang guru itu humoris? Lantas, bagaimana kalau aku belum bisa menjadi seorang yang humoris? ~_~ apakah aku layak menjadi seorang guru?

Semoga aku bisa menjadi guru yang lebih baik lagi... aamiin..


Harus banyak belajar dan pengalaman :’) hhhh semangaaat!!

***

Lanjut cerita ya..
maaf baru update. Dih geer, emang siapa yang baca tulisan kayak begini :D gpp, pede aja.
Alhamdulillah.. Anak perempuan itu sekarang udah ngga jutek lagi loo... :D Dia sekarang suka minta curhat gitu. Baik ternyata kan orangnya.. Kadang kalau dikelas, dia suka ngelukis aku sembunyi-sembunyi. Habis itu gambarnya dikasihin ke aku. Hoho masya Allah :) memang benar ya.. Kita tidak akan bisa menilai bagaimana karakter seseorang apabila hanya melihat dari kejauhan. Butuh waktu untuk mampu menilainya.. Alhamdulillah.. barakallahu fiik ^_^

0 Comments